Pagi ini saya merasa tergelitik dengan salah satu artikel yang di post di sebuah forum Indonesia yang mewacanakan sistem pendidikan kita yang terlalu "mengkompres" otak kita. Di dalam artikel tersebut dicantumkan bahwa di Indonesia terlalu banyak pelajaran atau bidang yang harus dikuasai sehingga kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari lebih dalam pada satu bidang yang kita sukai.
Sebagai contoh, di Sekolah Dasar para murid yang berumur 5-6 tahun dibebani 10 mata pelajaran yang "nikmati" selama tahun pertama. Lanjut lagi di jenjang SMA yang disuguhi 15 mata pelajaran pada tahun pertama. Ketika memasuki perguruan tinggi, Mahasiswa mendapat 144 SKS sedangkan mahasiswa di Singapura hanya mendapatkan beban 72 SKS. Sebenarnya Orang Indonesia itu lebih hebat dari orang luar negeri, lebih mampu memahami masalah dengan pemahaman lintas bidangnya sendiri namun sayang tidak sampai memasuki tahap ahli dalam satu bidang.
Jack of All Trades, Master of None, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang mampu mengerjakan segala hal atau mempunyai banyak keterampilan tapi tidak mempunyai keahlian dalam satu bidang pun. Ini adalah hal yang tepat untuk menggambarkan orang Indonesia pada umumnya, kita mampu mengerjakan segala macam persoalan tapi tidak mampu menjadi ahli dalam satu bidang. Istilah yang saya pernah dengar untuk mendeskripsikan hal ini adalah "Skill Tabok Semua", terdengar agak lucu di telinga. Memang ada sebagian orang yang tidak termasuk orang-orang yang disebut sebagai "Jack of All Trades, Master of None" ini mereka antara lain Johann Wolfgang von Goethe, Aristoteles, Sir Isaac Newton, Leonardo da Vinci dan para tokoh Reinasanse Eropa lainnya.
Mereka yang saya sebutkan tadi adalah para ilmuwan yang memiliki keahlian diatas rata-rata atau menjadi master di berbagai bidang yang berbeda biasa juga dikenal dengan istilah Polymath (yang berarti "having learned much").
makanya org kita banyak yg sok tahu, termasuk saya kadang2 :P
ReplyDeletengntt bgst
ReplyDelete