Friday, December 13, 2013

"Boleh Berbohong tapi Jangan Pernah Salah" (bagian 1)

Ilmuwan itu "Boleh salah tapi jangan pernah berbohong".
Menurutku yang tepat adalah "Ilmuwan boleh berbohong tapi jangan pernah salah"


Orang yang berbohong pertama-tama adalah meragukan apa yang disebut kebenaran dan apa yang disebut dengan kebohongan. Fungsi keraguan tersebut adalah untuk memilah yang mana kebenaran dan kebohongan.

KERAGUAN

Sebagai contoh: Seseorang berbohong untuk bisa bolos sekolah selama 3 hari. Pertama-tama apa yang dilakukannya, dia mengelompokkan apa yang disebut dengan kebenaran dan apa yang disebut dengan kebohongan.

Kebenaran : Dia dalam keadaan sehat
Kebohongan : Dia dalam keadaan sakit
Keraguan : Dia tahu jelas tentang keadaan tubuhnya tidak sedikitpun tanda ia akan sakit jika ia tahu kalau sedikit saja pilek atau flu bisa ia jadikan alasan untuk tidak masuk sekolah.

Kebenaran : Dia berpura-pura sakit dan menelepon wali kelasnya sendiri mengabarkan tentang kesehatannya
Kebohongan : Dia sakit dan terpaksa mengabarkan sendiri kepada wali kelasnya tentang kesehatannya
Keraguan : Dia tahu bagaimana perbedaan antara orang yang sakit dan yang ketika orang sedang berpura-pura

Kebenaran : Memalsukan surat keterangan sakit dokter dan mengirimkannya
Kebohongan : Mengirimkan surat asli keterangan sakit dari dokter
Keraguan : Dia tahu tentang surat keterangan dokter, bagaimana cara mendapatkannya dan bagaimana cara mengisinya dengan benar.

Setelah Kebenaran dan Kebohongan sudah ia pisahkan yang tersisa adalah "Keraguan"
Keraguan :
apakah kebohongannya berhasil atau tidak?
apakah ada dampak buruk terhadap dia nantinya?
apakah nanti kehadirannya disekolah cukup atau tidak?
apakah nanti berpengaruh terhadap masa depannya atau tidak?

Ketika dia masih "Meragu", "ada Keraguan", terus "bertanya" dia itu masih peduli dengan pendidikannya.
Anak yang sudah tidak pernah meragu, tidak pernah ada keraguan, tidak pernah bertanya itu tandanya ia sudah membuang hal tentang sekolahnya di tong sampah. Terjadi ketidakpedulian, terjadi keapatisan.
Pernah mungkin Anda saksikan berita di TV ketika seorang ibu ditanya bagaimana perilaku anaknya sehari-hari karena anaknya tertangkap karena kasus kriminal. Sering kita dengar si Ibu mengatakan bahwa perilaku anaknya itu baik, tidak pernah menyusahkan orang tua dsb. Ketika orang tidak pernah meragukan orang lain itu menunjukkan tingkat kepedulian seseorang itu rendah. Si ibu mungkin tidak pernah bertanya, "meragukan" bagaimana anaknya dipergaulannya atau diluar rumah.

Keraguan dan Kepedulian
Contoh:
Ketika Anda meminta teman Anda yang sudah bersahabat selamat 10 tahun untuk menyetor uang ke bank sebesar 20 juta.
Jika ditanya apakah Anda pernah ragu terhadap teman Anda?
Anda secara tidak sadar akan menanyakan kepada diri sendiri "apakah teman saya ini bisa dipercaya?"
Mungkin dalam hati Anda akan menjawab lantang, "YA! saya sudah kenal dan bersahabat dengannya 10 tahun dan tidak pernah dikhianati."
Ketika Anda bertanya secara tidak langsung Anda meragu dan ketika pertanyaan itu sudah terjawab maka keraguan tersebut hilang.

Tetapi teman Anda berhalangan dan terpaksa Anda meminta teman Anda yang baru Anda kenal sekitar 3 bulanan untuk menyetorkan uang Anda ke bank.
Ragu atau Tidak?
Ketika Anda Ragu anda berarti PEDULI.
Ketika Anda Ragu anda mempertanyakan apakah teman baru anda dapat dipercaya?
Yang manakah kebohongan dan kebenaran?
Yang manakah yang dapat dipercaya dan yang mana jelas-jelas adalah kebohongan.

Keraguan tidak selamanya buruk, keraguan adalah hasrat seseorang untuk mengenal kebenaran, adalah pintu untuk mengenal dengan seseorang dengan baik.

bersambung

No comments:

Post a Comment