Setiap tahun menjelang seleksi penerimaan siswa atau mahasiswa selalu muncul cara jitu menjadi cerdas dalam waktu singkat mulai dari cara praktis sampai rumus cepat. Baru-baru ini saya membaca koran mengenai “pil kecerdasan” , terdengar seperti alat yang keluar dari kantong ajaib dari robot kucing masa depan. Harga per kapsulnya mencapai 9 juta rupiah dan tersedia untuk jurusan yang biasa saja juga untuk jurusan favorit bisa sampai 35 juta rupiah.
Bagi saya pribadi ini cara yang omong kosong. Bagaimana mungkin kecerdasan dapat diperoleh dengan pil yang seharga jutaan rupiah? Kecerdasan bukan hal yang diperoleh dengan cara mudah, harus melalui latihan dan pengalaman yang banyak. Bukan sekedar menengak obat yang tidak jelas kandungan dan manfaatnya. Dalam koran tersebut juga dipaparkan pihak produsen tidak berani mengungkap komposisi pil tersebut.
Saya berani mengatakan semua ini karena saya tahu sebenarnya tidak ada yang namanya jalan pintas. Kesuksesan bukanlah sebuah takdir yang ditentukan tapi sebuah perjuangan keras. Kita ambil contoh dari si jenius Einstein yang hidup pada abad ke-20. Einstein terkenal suka menyendiri dan lebih tertarik belajar di rumah daripada mengikuti perkuliahan, ia hampir saja tidak lulus untung saja ia meminjam catatan dari teman kuliahnya. Orang sekaliber Einstein saja memerlukan latihan dan tahu apa yang ia hadapi. Sudah terbukti orang yang pernah mengikuti psikotest bisa mengungguli orang yang pintar namun belum pernah menyentuh soal seperti itu. Kunci keberhasilan adalah latihan, latihan dan latihan.
Kecerdasan mungkin hal yang diinginkan oleh semua orang, tapi tidak dengan Thomas Alva Edison. Mungkin jika Anda dalam posisinya ketika masih sangat muda, gurunya berkata pada ibunya bahwa ia terlalu bodoh. Ibunya akhirnya mengajarkan Edison sendiri di rumah. Satu kutipan yang terkenal dari Edison, “Genius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration." Kegeniusan diperoleh dari 1 persen bakat dan 99 persen kerja keras. Edison tahu betul karena ia merasakan gurunya sendiri menghakiminya sebagai anak yang dungu dan dia bisa mengubahnya dengan kerja keras dan kegilaannya dalam membaca. Terbukti sampai saat ini dia memegang rekor untuk penemu yang paling produktif sepanjang masa dengan memegang 1093 hak paten untuk penemuannya.
Mengapa disebut pil kecerdasan? Ini hal yang membuat saya bertanya-tanya bukankah tidak ada jalan pintas untuk mencapai suatu kecerdasan. Saya menduga-duga mungkin ini lebih tepatnya disebut pil nutrisi otak, yang bisa meningkatkan kemampuan otak dalam mengingat atau mempercepat rangsangan otak. Hal yang sama seperti kandungan kafein pada kopi meningkatkan fungsi otak tapi berdampak buruk pada ketelitian peminumnya. SUGESTI, mungkin itu salah satu alasan yang cocok, karena tanpa sugesti semua hal akan percuma.
Contoh: Seorang anak kecil setiap saat disugesti oleh kakek, ayah, ibu dan pamannya bahwa dia suatu saat akan menaklukkan kota yerusallem. Sugesti tersebut terus didengung-dengungkan melekat, menimbulkan keyakinan yang kuat. Alhasil Ia berhasil membuktikannya pada tahun XXXX, sultan berhasil menaklukkan kota tersebut. Mungkin gambarannya sama dengan tokoh utama dalam cerita KUNGFU HUSTLE, yang dahulu hanya Anak kecil yang disugesti oleh seorang pengemis sebagai orang yang terlahir memiliki struktur tubuh seorang yang genius Kung fu dan untuk menjaga perdamaian dunia ia terpaksa mengambil tabungannya untuk membeli buku yang dijual pengemis tersebut. Di akhir cerita, pengemis tadi muncul masih dengan skenario yang sama untuk menjual buku-buku bela diri.
Apa yang saya tulis hanya sebuah bentuk pendapat yang lahir dari sebuah kesangsian terhadap sesuatu yang mirip dengan memanfaatkan kebodohan orang lain demi kepentingan pribadi. Apa yang tidak berkenan mohon dimaafkan dan jika ada sesuatu yang berguna dapat diambil.
-semoga bermanfaat-
No comments:
Post a Comment